Berita Baik Tentang Pilpres

Hiruk-pikuk pilpres dan pileg 2019 sedang menuju puncaknya di 17-April mendatang. Meski banyak hal negatif mewarnai momen tersebut, tapi sebenarnya banyak juga hal positif yang rasanya sulit terwujud kalau bukan karena adanya dinamika pilpres ini.

Pada tulisan ini saya ingin berfokus pada hal-hal positif tersebut. Ini penting lho, karena sebagai bangsa kita butuh memupuk rasa percaya diri. Terlalu banyak pikiran negatif akan membuat kita rendah diri ketika dibandingkan dengan bangsa lain. Nah, ini dia daftarnya….

ak_jwp_1801
Jokowi dan Prabowo pada acara debat calon presiden 17-Januari-2019. sumber: https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/will-jokowi-win-the-2019-race-or-will-it-be-prabowo-jakarta-post-columnist

1. Lebih Kebal Hoax

Hoax adalah informasi bohong yang disusun agar tampak sebagai kebenaran. Sebelum pilpres, banyak orang yang tidak tahu apa itu hoax, sehingga mudah terpengaruh olehnya. Hoax cepat tersebar lewat media sosial semacam fb/twitter, maupun messaging apps semacam whatsapp. Hoax mudah dipercaya karena menyajikan berita yang “ingin didengar” pembaca, misalnya berita tentang keburukan kubu lawan. Pada kenyataannya, hoax diproduksi oleh kedua belah kubu pendukung capres. Namun motivasi keberpihakan pembaca membuatnya mudah percaya hoax tentang kubu lawan, tetapi lebih sulit percaya hoax tentang kubu sendiri. Di sisi lain, algoritma media sosial semacam Facebook EdgeRank, membuat user cenderung mendapatkan lebih banyak berita dari kubunya sendiri ketimbang berita dari pendukung kubu lawan. Ini menciptakan confirmation bias, dimana seolah sebagian besar orang setuju dengan pendapat sang user.

Situasi ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya orang menyadari bahwa bahwa berita yang disebarkannya ternyata hoax. Pada dasarnya, orang tidak mau berbohong apalagi memfitnah orang lain, sehingga semakin lama orang semakin berhati-hati dalam menyebarkan berita. Banyak pihak juga proaktif menangani hal ini. Facebook membuat kampanye anti-hoax, bahkan menghapus akun-akun yang terbukti sebagai sumber hoax. Beberapa situs memuat daftar berita hoax untuk memudahkan pembaca melakukan validasi. Para pengguna medsos seringkali memberitahukan temannya ketika men-share berita hoax. Pengguna medsos semakin jarang memposting berita dari sumber yang tidak jelas. Aparat polisipun menindak para produsen hoax.

Tentu ini belum maksimal. Di medsos masih banyak akun bodong hasil para peternak hoax maupun timses. Aparat dianggap cenderung menindak pelaku hoax di salah satu kubu saja. Sebagian pengguna medsos masih saja menyebar hoax. Tapi situasi ini jauuuh lebih baik daripada sebelumnya. Semoga semakin lama pengguna medsos dan messenger apps menjadi semakin tahu cara memilah hoax. Jika tidak ada konsumen, maka dagangan para produsen hoax akan hilang dengan sendirinya.

2. Memahami Framing Media

Media mainstream seringkali menjadi rujukan pemikiran para pembacanya. Pilpres semakin menyadarkan pemirsa bahwa media cederung memasukkan opini ke dalam berita yang tersaji. Pemilik media memiliki kepentingan bisnis atau politik dan menggunakan media masa sebagai sarana untuk mempengaruhi opini publik. Secara jurnalistik, artikel berita seharusnya dibuat berimbang, tapi kenyataannya tidak demikian. Berita disusun dengan mengambil perspektif tertentu, sehingga suatu kejadian diberitakan sesuai dengan kepentingan redaktur (framing). Masyarakat yang memahami hal ini tentu akan lebih selektif dalam mempercayai info yang tersaji. Kepentingan pemilik media akan membuat media selama-lamanya menjadi corong mereka. Dibutuhkan kebijaksanaan pemirsa untuk memilah antara fakta dan opini. Semoga semakin lama pemirsa semakin mampu melakukannya.

3. Klaim vs Fact-check

Pada debat presiden tahun ini, beberapa situs membuat real-time fact-check. Setiap kali kandidat presiden/wapres membuat klaim, situs-situs ini mencari kebenaran faktualnya. Pada debat pertama, tampak para pasangan capres/cawapres dan timsesnya tidak siap menghadapi fenomena ini. Para kandidat berusaha meyakinkan publik dengan mengajukan fakta kuantitatif. Fakta ini tentu sulit dibantah kandidat lawan yang belum tentu siap dengan data pembanding. Pemirsa di rumahpun cenderung lebih yakin ketika sang kandidat dengan percaya diri menyebut suatu angka, simply karena pemirsa juga tidak mampu melakukan cross-check. Timses sadar betul cara memanfaatkan celah situasi ini.

Namun dengan adanya real-time fact-check, klaim para kandidat itu segera ketahuan ketidakbenarannya. Akibatnya, pada debat kedua dan selanjutnya, para kandidat tidak lagi mengumbar data kuantitatif semu. Timses tampak lebih berhati-hati dalam membekali para kandidatnya agar tidak ketahuan salah klaim, baik sengaja maupun tidak. Menurut saya, ini adalah salah satu pemanfaatan media online paling baik sepanjang pilpres. Info real-time ini hanya bisa dilakukan oleh melalui media online. Ini sangat mencerdaskan. Siapapun yang mencetuskan ide ini, saya angkat topi tinggi-tinggi untuknya 👍👍

4. Kampanye Tertib

Di era yang lalu, kampanye masal adalah momen menyebalkan. Ketika hanya ada 3 partai (PPP, Golkar, PDI), para pemilik mobil sering menyediakan 3 bendera kecil di laci mobil. Kalau sedang giliran kampanye PPP, yo pasang bendera kecilnya PPP di badan mobil. Biar lancar, tidak diganggu para peserta kampanye yang ganas-ganas itu. Kalau tiba giliran Golkar, ganti dengan bendera kecil Golkar biar boleh lewat. Begitu juga ketika giliran PDI, pasanglah bendera kecil PDI kalau gak kepingin badan mobil diketok-ketok. Oya, jangan lupa buka kaca dan acungkan jari 1,2,3, tergantung siapa yang sedang kampanye

Kampanye masal jaman now jauh lebih beradab. Kita tidak khawatir dipaksa ikut jadi peserta tak ikhlas. Awalnya banyak kampanye masih menyisakan beban berupa sampah yang menggunung. Berkat kritikan kubu lawan, bahkan saat ini beberapa momen kampanye diakhiri dengan operasi semut untuk membersihkan sampah sisa kampanye. Luar biasa sekali kemajuan perilaku kampanye masal bangsa kita ini 👍

5. Aktif Berpolitik

Ada empat hal yang bisa berdampak besar pada kehidupan bermasyarakat, bisanya disebut PEST (Politic, Economy, Social, Technology). Hingar-bingar pilpres menarik perhatian begitu besar dan menjadi bahan perbincangan utama di berbagai kesempatan. Apapun alasannya, berpartisipasi sebagai pemilih adalah hal terbaik yang bisa dilakukan dalam sistem demokrasi. Setidaknya ada dua motivasi besar yang muncul di masyarakat, dimana keduanya sama-sama baik.

Motivasi pertama adalah pemikiran sekuler. Di masa sekarang, hampir semua orang tanpa sadar menganut paham humanisme, baik penuh atau hanya separuh. Paham ini dicirikan dengan pemikiran bahwa tindakan manusia didasarkan pada motivasi untuk mendapatkan manfaat bagi diri sendiri. Memilih pemimpin/wakil parlemen yang sesuai dengan kepentingan diri pemilih adalah hal yang paling logis untuk dilakukan. Mempengaruhi lingkungan untuk memilih pilihan tersebut akan meningkatkan probabilitas tercapainya hal tersebut. Demokrasi memberikan “kekuasaan” pada para individu pemilih untuk mencapai tujuan tersebut. Ini tentu lebih baik ketimbang sistem otoriter dimana sekelompok orang memaksakan kepentingannya terhadap keseluruhan masyarakat.

Motivasi kedua adalah pemikiran religius. Agama menempatkan manusia sebagai penguasa dan pemelihara alam yang diciptakan oleh Tuhan. Dalam melaksanakan tugasnya, manusia perlu kepemimpinan yang efektif. Visi dan koridor sang pemimpin akan menentukan efektifitas sang pemilih menjalankan tugasnya itu. Demokrasi memberikan ruang untuk menentukan pilihan terbaik, sesuai dengan kriteria dan pemikiran sang pemilih.

Kedua motivasi tersebut membuat para pemilih lebih kritis terhadap siapapun pemimpinnya. Ini tentu baik sebagai sarana penyeimbang. Karena “Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely”. Yang masih perlu diperbaiki adalah cara masyarakat memberi kritik dan kemampuan penguasa (serta pendukungnya) dalam menerima kritik.


Bangsa Indonesia adalah kumpulan dari individu. Agregasi dari sikap dan pola pikir individu-individu tersebutlah yang akan membentuk perilaku bangsa Indonesia secara keseluruhan. Sebagai individu, kita perlu lebih berfokus pada hal-hal yang baik dan terus meningkatkan kepercayaan diri kita sendiri. Tanpa kepercayaan diri, kita akan memulai sesuatu dengan ragu, cenderung mudah menyerah, dan bahkan menyalahkan keadaan. 17-April sudah dekat, saatnya berpartisipasi aktif dan mendapatkan putera terbaik bangsa sebagai pemimpin kita. Siapapun presidennya, dia adalah pemimpin Indonesia, bukan pemimpin kelompoknya. Setiap langkahnya perlu didukung dan dikritisi agar semakin baik untuk semua.

Salam 🇮🇩

1 thought on “Berita Baik Tentang Pilpres

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this:
search previous next tag category expand menu location phone mail time cart zoom edit close