Semakin dekat hari-H Pilpres, semakin marak informasi baik berupa fakta maupun opini bertebaran di media masa. Media sosial bahkan menjadi ajang perebutan “pengaruh” para timses maupun simpatisan kedua capres. Pro-kontra yang terjadi seringkali memicu rasa tidak nyaman bahkan permusuhan diantara kawan. Akibatnya, muncul rasa bimbang pada batin para calon pemilih. IMHO, ini wajar dan baik, karena itu berarti kita berusaha menggunakan akal dan naluri yang dimiliki.
Tim sukses dan simpatisan kedua capres seringkali berusaha mempengaruhi para undecided / swing voters agar berpihak pada jagoannya. Tentu ini wajar karena mereka ingin mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya. Berbeda dengan tim sukses yang relatif paham tentang teknik dan strategi mempengaruhi calon pemilih, para simpatisan seringkali adalah masyarakat yang tidak begitu paham tentang teknik mempengaruhi secara efektif. Perilaku simpatisan yang kerap berapi-api, menekan, menyalahkan, menyebar berita sepihak, bahkan menghina kawan sendiri, seringkali malah menjadi kontra-produktif. Akibatnya, bukan dukungan yang didapat, malah antipati yang semakin meningkat.
Hari-H Pilpres sudah semakin dekat, situasi pun tampak semakin memanas. Bagaimana sebaiknya para simpatisan bersikap?
Saya yakin para simpatisan sesungguhnya adalah pribadi yang baik. Semangat untuk mempromosikan capres jagoan muncul karena rasa peduli mereka atas nasib bangsa ini ke depan. Proses dukung-mendukung pun merupakan bentuk pembelajaran kehidupan demokrasi NKRI yang kita cintai. Oleh karena itu, ijinkan saya mengusulkan satu bentuk “kampanye” yang:
- Dapat menggalang dukungan secara efektif.
- Meningkatkan kemampuan bangsa menerima perbedaan pendapat sehingga kerukunan dapat selalu terjaga.
- Meningkatkan kecerdasan calon pemilih dalam menentukan pilihan.
Proses Pengambilan Keputusan
Sebelum berbicara tentang bagaimana mempengaruhi orang lain dan menggalang dukungan, mari kita cermati proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam diri seorang calon pemilih.
Pada intinya setiap manusia memiliki pola pikir yang berbeda. Dalam mengambil keputusan, seseorang bisa cenderung menggunakan logika atau cenderung menggunakan perasaan. Di sisi lain, seseorang bisa cenderung memutuskan sesuatu dengan mengacu pada diri sendiri atau mengacu pada orang/kelompok yang ia percayai. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Orang yang cenderung menggunakan logika (logical) umumnya mampu memahami masalah yang rumit, bahkan memformulasikan pikirannya dengan sangat jelas. Sedangkan orang yang cenderung menggunakan perasaan (intuition) umumnya memiliki daya pikir praktis dan pandai dalam menilai perilaku orang lain.
Orang yang cenderung mengambil keputusan dengan mengacu pada diri sendiri (individual) umumnya memiliki prinsip yang kuat dan mampu mencari fakta secara mendalam. Sedangkan orang yang cenderung mengambil keputusan dengan mengacu pada orang/kelompok yang ia percayai (consensus) umumnya sangat pandai menjalin hubungan dan memiliki banyak kawan terpercaya.
Tidak ada yang benar atau salah dalam pola pikir tersebut. Pada intinya semua orang bisa menggunakan keempat pola pikir diatas tergantung situasi yang dirasa pas. Meski dalam kenyataannya, ada satu-dua pola pikir akan cenderung lebih sering digunakan. Jika simpatisan mampu memilih pendekatan (cara berkomunikasi) yang tepat, maka pesan akan sampai dengan tepat dan dukungan pun niscaya didapat.
Menggalang Dukungan Di Media Sosial
Media sosial seringkali menjadi ajang “kampanye” para simpatisan. Perlu dicermati bahwa menulis status, sharing berita, dan berkomentar di media sosial berbeda dengan berdiskusi dalam ruang terbatas (misalnya tatap muka). Setiap tindakan di media sosial akan dilihat oleh 3 kelompok calon pemilih, yaitu:
- Kelompok calon pemilih yang sependapat (satu kubu) dengan penulis
- Kelompok calon pemilih yang berbeda pendapat (berbeda kubu) dengan penulis
- Kelompok calon pemilih yang masih belum menentukan pilihan (undecided voters)
Karena bersifat publik, kita tidak bisa mencegah ketiga kelompok pemilih untuk tidak mengamati tindakan kita di media sosial. Setiap tindakan bisa berdampak berbeda terhadap ketiga jenis kelompok. Oleh karena itu, penting bagi simpatisan untuk memahami bagaimana mengambil tindakan yang tepat, sehingga memaksimalkan efektifitas dalam menggalang dukungan, menjaga hubungan baik dengan sesama kawan yang berbeda pendapat, serta membantu publik untuk menjadi pemilih cerdas.
Tujuh Tips dibawah ini semoga bisa bermanfaat:
1. Pastikan Hanya Share Berita Yang Valid
Kecintaan terhadap capres pilihan seringkali membuat simpatisan mudah percaya terhadap berita positif tentang capres jagoan dan berita negatif tentang capres lawan. Lakukan check-and-recheck kebenaran sumber berita, cara penyampaian, tendensi penulis, dll.
Undecided voters yang cenderung berpikir logical umumnya pandai memilah berita. Biarkan mereka menilai sendiri berita yang anda share, tidak perlu berusaha terlalu keras membuatnya percaya karena bisa mengesankan anda menganggap mereka bodoh. Men-share fitnah, kebohongan, atau pemujaan berlebihan tidak akan bisa mempengaruhi mereka, bahkan bisa membuat mereka kehilangan kepercayaan terhadap anda dan cara anda mengambil keputusan.
2. Share Status Dengan Singkat dan Jelas
Saat menulis status untuk menyampaikan opini bebas atau pendapat terhadap suatu berita, tulislah secara singkat dan jelas. Status yang terlalu panjang seringkali membuat pembaca berhenti setelah membaca beberapa kalimat/paragraf. Undecided voters yang cenderung intuitive membutuhkan kalimat singkat yang “mengena”, bukan celotehan panjang yang kemana-mana. Kalimat yang “menyetuh” hati, bukan malah yang membuat sakit hati 😉
3. Tunjukkan Rasa Hormat Pada Sesama
Tunjukkan rasa hormat pada orang lain yang berbeda pendapat. Kita bukan Tuhan yang Maha Benar, jadi berusahalah terbuka atas sudut pandang yang berbeda. Kegagalan dalam menunjukkan rasa hormat seringkali menjauhkan undecided voters yang cenderung mengacu pada buah pikiran orang/kelompok lain (consensus).
Kalimat nyinyir apalagi hinaan akan membuat mereka anti-pati terhadap para simpatisan tertentu, karena menganggapnya sebagai kelompok orang berperilaku buruk. Ujung-ujungnya mereka bahkan akan menjauhi capres yang diusung kelompok simpatisan tersebut.
4. Menyimak Untuk Memahami, Bukan Untuk Mencari-cari Kesalahan
Setiap manusia merasa tahu apa yang baik bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, hal pertama yang terpenting adalah menghargai pendapat sesama. Perwujudannya adalah dengan bersedia menyimak dan memahami terlebih dahulu pendapat orang lain, baru kemudian menyampaikan apa yang menjadi pendapat kita. Menyimak (listen) berbeda dengan mendengar (hear), karena menyimak berarti benar-benar berusaha memahami setiap buah pikiran dan sudut padang lawan bicara.
Suatu status/share seringkali ramai dengan comments. Ketika ada kawan yang memberikan pendapat, berusahalah sebaik mungkin untuk menyimaknya. Jika tidak paham, cobalah klarifikasi bagian yang tidak dipahami tersebut. Dengan menyimak, kita akan bisa memahami pendapat, sudut pandang, dan tipe lawan bicara. Ini sangat penting untuk menentukan cara penyampaian yang paling efektif.
- Berkomunikasi dengan orang tipe logical-individual: Berikan fakta yang anda yakini validitasnya, beri tahu juga sumbernya agar ia sendiri bisa melakukan cross-check, lalu layani dengan baik setiap pertanyaannya. Tidak perlu berusaha mempengaruhi, apalagi mengeluarkan perkataan yang seolah menganggap mereka bodoh.
- Berkomunikasi dengan orang tipe intuitive-individual: Sampaikan kebaikan atau prestasi capres jagoan anda, terutama yang sifatnya “menyentuh”. Tidak perlu menyampaikan keburukan lawan, karena toh dia akan mendengar itu dari para simpatisan “garis keras” yang cenderung berkoar-koar dengan kasar.
- Berkomunikasi dengan orang tipe logical-consensus: Sampaikan berita tentang dukungan nyata dari orang atau kelompok yang berintegritas tinggi, lengkap dengan alasan logis kenapa mereka memberikan dukungannya.
- Berkomunikasi dengan orang intuitive-consensus: Sampaikan berita tentang dukungan nyata dari orang atau kelompok yang berintegritas tinggi. Buatlah agar dia merasa menjadi bagian dari kelompok orang yang memilih jalan yang benar.
5. Menjaga Kesantunan
Jagalah kesantunan (politeness) anda. Perilaku tidak sopan dari para simpatisan akan membuat masalah menjadi masuk ke area personal. Jangankan menambah dukungan terhadap capres yang dijagokan, bisa jadi anda malah kehilangan teman. Perilaku negatif yang sering terjadi adalah menghina lawan bicara dan selalu berusaha tampak menang.
Kedua perilaku tersebut tidak sekedar membuat lawan bicara semakin menolak, tapi yang paling berbahaya, perilaku tersebut akan membuat orang lain yang mengamati percakapan tersebut menjadi anti-pati terhadap anda. Mungkin anda berpikir hanya satu suara yang hilang, kenyataannya jauh lebih banyak lagi suara yang hilang. Undecided voters yang mengacu pada consensus mungkin tidak bereaksi, tetapi diam-diam mengalihkan pilihan kepada lawan kelompok simpatisan yang dianggap tidak sopan tersebut. Para calon pemilih ini enggan berada bersama orang-orang yang tidak mampu menjaga harmoni.
6. Menjaga Integritas Diri Sendiri
Berusahalah untuk selalu jujur dengan apa yang terjadi. Katakan benar jika benar, katakan salah jika salah. Jangan hanya mengakui keunggulan capres jagoan, akui juga keunggulan capres lawan. Jangan hanya menyoroti kesalahan capres lawan, kritik juga kesalahan capres jagoan. Akui dan perbaiki kesalahan kita, beranilah mengambil tindakan yang benar meski itu mengandung resiko. Jadilah pribadi yang dapat dipercaya.
Yakinlah bahwa kawan-kawan anda adalah para pemilih cerdas. Jika simpatisan tidak mampu menjaga integritas, maka semua ucapannya akan sia-sia belaka. Dalam teori marketing, simpatisan seharusnya berperan sebagai public relation bukan sebagai advertiser. Hanya sedikit orang yang percaya pada pesan iklan (adversiting), kebanyakan orang percaya pada testimoni kawan (public relation). Kegagalan menjaga integritas akan membuat anda di-cap sebagai juru iklan, bukan lagi sebagai kawan.
7. Menjaga Tempo
Terlalu aktif menyebarkan berita politik, terutama yang bernuansa ekstrim akan membuat kawan menjadi bosan dan mengabaikan pesan anda. Lebih jauh, pesan anda bisa dirasa begitu mengganggu dan berujung dengan di-unfollow-nya bahkan di-unfriend-nya account anda.
Meski terkadang memang mengesalkan, tidaklah perlu mempublikasikan bahwa kita sudah tidak lagi berkawan dengan seseorang. Jika memang mengganggu, unfollow saja. Setelah pemilu bisa kan di follow lagi 🙂
Satu Nusa, Satu Bangsa
Siapapun capres pilihan kita, ingatlah bahwa kita semua bersaudara. Siapapun presidennya nanti, kita tetap harus bekerja dan berusaha. Jangan putuskan rezeki masa depan anda dengan memutus tali silaturahmi hanya karena masalah capres. Jangan sampai perbedaan pilihan merenggangkan hubungan kekerabatan. It is Not Worthed.
Mari Berdemokrasi Dengan Cerdas dan Damai
Salam damai bagi para pemilih cerdas 🙂
Hiduplah Indonesia Rayaaaa …..
pertamax
LikeLike
Keduax…
Salam 2 jari!
-Prawowo
LikeLike